oncontextmenu='return false;' onkeydown='return false;' onmousedown='return false;'

Social Icons

Pages

Sabtu, 13 Mei 2017

Kritik Ibadah Muslim



Jangan terburu-buru menilai orang !
Apalagi menilai amalan orang ! 
Menganggap orang lain bid'ah, sesat ?
Apakah kita sudah bisa jadi orang yang benar dalam beribadah ?
Atau hanya karena iri (hasad) lantas memojokkan seseorang ?
Mencari-cari kesalahan dan menyalahkan orang lain ?
Beribadah, hanya diri sendiri dan Allah yang tahu apakah ikhlas atau karena riya ?

Kalau berbicara soal ibadah, pasti kita juga akan berbicara seputar agama. Sebab, ibadah merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah agama. jika seseorang ingin disebut sebagai penganut agama Islam, maka ia haruslah mengerjakan macam-macam ibadah yang ada di dalam agam Islam.
Manusia diciptakan tidak lain untuk menghambakan diri hanya kepada Allah. Begitulah Allah memiliki misi dengan diciptakannya manusia. Allah tidak mengharapkan apa-apa dari misi tersebut, Allah hanya berharap pada hamba-Nya untuk menjadi yang terbaik di sisi-Nya. Tentu, harapan tersebut tidak berkonsekwensi buruk bagi Allah, semisal kecewa atau merasa dikhianati, justru konsekwensi buruk itu dirasakan oleh hamba kelak jika tidak melaksanakan misi tersebut.

Sifat penghambaan diwujudkan dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan seluruh larangan-Nya. Keduanya merupakan ibadah yang tidak boleh tidak harus ditaati oleh seorang hamba. Karena ibadah merupakan aktifitas utama dalam kehidupan, sebagai penempa diri seseorang untuk mejadi hamba yang mampu meraih rido-Nya.
Ibadah sendiri secara umum dapat dipahami sebagai wujud penghambaan diri seorang makhluk kepada Sang Khaliq. Penghambaan itu lebih didasari pada perasaan syukur atas semua nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah padanya serta untuk memperoleh keridhaanNya dengan menjalankan titah-Nya sebagai Rabbul ‘Alamin.

Namun demikian, ada pula yang menjalankan ibadah hanya sebatas usaha untuk menggugurkan kewajiban, tidak lebih dari itu. Misalnya, saat ini banyak umat islam yang tidak berjama'ah ke masjid kecuali shalat jum’at. Bahkan ada pula yang tidak sholat kecuali pada hari raya. Islamnya hanya ada di kartu identitas. Dan ada pula yang beribadah, mendekatkan diri kepada Allah hanya pada saat ibadah ritual saja, setelah itu dia jauh dari ridlo Allah. Pelaksanaan ibadah seperti ini lebih kepada karena merasa dituntut atau memiliki beban. Seorang hamba yang melaksanakan karena kewajiban, biasanya tidak memperhatikan aktifitas ibadahnya. Menurutnya, yang penting sudah melaksanakan tanpa memikirkan kembali untuk memperbaiki ibadah selanjutnya.

Seorang hamba yang melaksanakan ibadah karena kewajiban hanya merasakan lega sesaat, merasa terlepas dari kewajiban, merasa tanggung jawabnya sudah dilaksanakan. Setelah itu, dia tidak merasakan bekas yang mempengaruhi di dalam hatinya yang akan membuat dirinya lebih baik. Makanya, tidak jarang ada orang mengeluh tentang firman Allah yang menyatakan bahwa shalat mencegah perbuatan mungkar. Mereka seperti tidak percaya dengan firman Allah tersebut, karena merasa shalatnya tidak mempengaruhi dirinya menjadi lebih baik.
Biasanya seorang hamba yang melaksanakan hanya karena kewajiban mengatakan, “Yang penting saya sudah melaksanakan kewajiban. Saya sudah bebas dari tuntutan melaksanakan shalat. Masalah diterima atau tidak, urusan belakangan”.

Pelaksanaan ibadah yang diwajibkan sebenarnya memandang pada sifat manusia yang di dalam dirinya terdapat sifat lalai. Oleh sebab itu, Andai saja Allah tidak memberi status hukum wajib pada suatu ibadah, semisal shalat lima waktu, dimungkinkan tidak ada seorang hamba yang akan melaksanakan shalat lima waktu. Dengan status hukum wajib, seorang hamba akan merasa tertuntut untuk melasanakannya.
Melihat kemampuan seorang hamba dalam pelaksanaan ibadah, maka ada hamba yang hanya mampu melaksanakan ibadah yang wajib saja dan ada hamba yang tidak hanya mampu melaksanakan ibadah yang wajib, tapi ibadah yang sunnah pun menjadi rutinitas dalam kesehariannya.

Kemampuan seorang hamba yang kadang dibelenggu oleh kelalaian dan kemalasan, membuat dirinya pilah-pilih dalam melaksanakan ibadah. Jika tidak wajib, tidak dilaksanakan. Melaksanakan ibadah karena ada tuntutan. Lebih jelasnya, karena khawatir pada konsekwensi diwajibkannya suatu ibadah. Yakni, menghindar dari ancaman siksa neraka dan mengharapkan nikmat surga.

Memang, dalam pelaksanaan ibadah, seorang hamba memiliki tingkatan tertentu. Berawal dari belajar atau melatih bagaimana beribadah sesuai kondisi hatinya. Hal ini sebagai proses untuk mencapai tingkatan ibadah yang paling tinggi di sisi Allah. Oleh sebab itu, ada hamba beribadah karena masih belajar. Ada hamba beribadah karena semata memenuhi kewajiban. Ada hamba beribadah karena mengharapkan pujian. Ada hamba beribadah karena seseorang. Ada hamba beribadah karena berharap surga. Ada hamba yang beribadah semata-mata penghambaan.


"Kutipan beberapa dari berbagai sumber"

Kamis, 11 Mei 2017

Fatamorgana

Untukmu yang telah mampu memikat hatiku
Yang mengusik tembok kebekuan di fikiranku
Yang telah memenuhi seluruh ruang di hatiku
Kamu seperti mimpi indah yang tak pernah usai
Membawaku pada sisi dunia yang tak pernah terkira
Membuatku berangan begitu tinggi
Bersama sejuknya senyum Rembulan dan indahnya tarian Bintang-bintang
Namun, bila ku terjaga
Kesadaranku membuatku terhempas ke Bumi
Hanya tersisa rasa sakit yang mendera
Kamu hanyalah ilusi semata..
Tak ubahnya fatamorgana, semakin ku coba menggapainya dan semakin aku menginginkannya
Tetap saja kau tak pernah ada...
Meski aku tetap hidup walau tanpamu hingga detik ini,
Cinta yang kau tinggalkan tak bisa membuatku berpaling
Segala tentangmu telah meningkatkan Vasopressin di diriku
Hingga tak ada pilihan selain Setia padamu
Walaupun Dirimu hanya berada dalam bayang semu...

Hendriannur (Rabu,10 Mei 2017)

Rabu, 18 Januari 2017

Perempuan

Kita hidup di dunia ini dihadapkan dengan sesuatu yang berpasang-pasangan. Ada siang ada malam, ada bintang ada bulan, ada kesedihan ada kebahagiaan, ada pertemuan ada perpisahan, ada langit ada bumi, ada laki-laki ada perempuan. Semua itu dimaksudkan sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah swt.Sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah, perempuan ada di dunia berfungsi untuk melengkapi laki-laki. Dulu ketika Nabi Adam as tinggal sendirian di surga Allah, maka Allah menciptakan Siti Hawa untuk menemaninya. Hal ini sebagai tanda bahwa perempuan diciptakan bukan untuk menjadi saingan bagi laki-laki. Tapi perempuan dilahirkan untuk mendampingi laki-laki.


Berbicara masalah perempuan, Islam adalah agama yang mengangkat harkat derajat perempuan. Anggapan bahwa Islam adalah agama yang tak ramah pada perempuan masih mengemuka. Bahkan seringkali ayat-ayat al-Qur’an dijadikan sebagai peluru senapan demi menempatkan perempuan pada posisi tidak berdaya, seringkali laki-laki dengan menggadaikan ayat-ayat merasakan bahwa dirinya adalah makhluk power di muka bumi. Seperti ayat poligami, ayat tentang pembagian warisan, ayat tentang ketidakbolehan perempuan menjadi saksi dan lain sebagainya. Hal itu malah membuat Islam menjadi negara patriarki dimana ayat-ayat yang tadi disebutkan ditafsirkan menjadi maskulin total.Tidak sedikit, hingga kini masyarakat masih dibenturkan dengan pemahaman yang patriarki.

Pemahaman dimana perempuan hanya sah jika berada di wilayah domestik, pemahaman bahwa perempuan ideal adalah perempuan yang hanya siap melayani dan mendampingi suaminya di rumah. Rosul bersabda :‘An Salimin Ibnu Abdillah ‘an abiihi aninnabiyyi sollallahu alaini wasalam idza ista’dzanat imroatu ahadikum fala yamna’ Artinya : Dari Salim bin Abdillah dari ayahnya, Nabi saw berkata : ketika seorang perempuan minta izin kepadamu (untuk mencari ilmu), maka janganlah kamu melarangnya (HR. Bukhari)

Tidak sedikit kita menjumpai kaum perempuan yang terkurung di rumah. Sebab ada anggapan bahwa perempuan adalah sumber maksiat atau perempuan adalah sumber fitnah. Anggapan tersebut kini dijawab oleh hadits tadi, bahwa kiprah perempuan tidak hanya di rumah tapi sepanjang aktivitasnya membawa nilai positiv maka hal tersebut dibolehkan. Pendidikan bagi perempuan adalah hak. Undang-undang di Indonesia sama sekali tidak mendikotomikan manusia berdasarkan jenis kelamin. Begitupun hukum Islam, Allah sama sekali tidak mensubordinasikan perempuan. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an :“Inna akromakum indallahi atqokum”Sesunggguhnya yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang taqwa.Orang yang taqwa dalam hal ini tidak dijelaskan apakah suku apa ? laki-laki atau perempuan ? Negara mana ? bahasa apa ? tapi yang jelas bahwa yang paling mulia adalah orang yang paling taqwa.Boleh jadi perempuan, boleh jadi itu adalah laki-laki, boleh jadi itu adalah saya, boleh jadi itu kamu,iyaa kamuuu.

Jadi,kesimpulannya adalah bahwa bahwa keberagaman yang ada di dunia adalah hal yang terindah yang Allah berikan kepada kita, sehingga kita senantiasa selalu mentafakuri dibalik semua penciptaan Allah.

Minggu, 15 Januari 2017

Muhasabah Diri

Yok, Kita sama-sama Introspeksi Diri
Peluang dan kesempatan sering kali menjadi alas an kenapa seseorang gagal.
Ada yang mengatakan “Andaikan saya diberi kesempatan pasti saya akan sukses, Andaikan ada peluang saya pasti berhasil.” Peluang dan kesempatan adalah 50% dari kesuksesan. Tapi ingat, 50% nya lagi ada pada kesiapan.
Banyak orang yang mendapatkan kesempatan tapi dia tidak siap, dan ada yang siap tapi ia tidak mendapatkan
kesempatan. Al-Qur’anulkarim mengatakan kalimat yang sangat menarik dalam surat al-mu’minun ayat pertama “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman”. Keberuntungan didapatkan saat bertemunya kesiapan dan kesempatan. Kesuksesan adalah perkalian antara variable kesiapan dan variable kesempatan.
Jika kesiapan sudah matang dan kesempatan terbuka lebar maka dia akan mendapatkan keberuntungan yang besar. Kesuksesan yang besar. Biarkan kesempatan dan peluang Allah yang akan berikan karena itu adalah hak prerogatif Allah sebagai Sang Maha Kuasa. Tapi kesiapan adalah hak prerogative kita sebagai manusia. Mempersiapkan kesiapan jauh lebih sulit dari pada mencari kesempatan.
Ada perkataan “Ada gula ada semut”. Jika memiliki syarat-syarat untuk sukses maka kesuksesan, kesempatan akan datang dengan sendirinya. Jangan salahkan jika kesempatan itu tidak datang, tapi salahkan kenapa kita tidak mempersiapkan diri agar kesempatan itu segera datang.
Biji-biji kegagalan tidak akan menghasilkan buah kesuksesan. Jika anda menginginkan buah-buah kesuksesan maka anda harus menanam biji-biji kesuksesan.
Mari bangun potensi, bangun produktifitas, tingkatkan skill dan keahlian kita! Maka pasti anda akan menjadi orang-orang yang beruntung. Jangan tunggu kesempatan itu datang baru anda beriap-siap. Karena ingat, kesempatan itu tidak akan menunggu sampai Anda siap. Tapi kita harus siap-siap menunggu kesempatan itu datang. Dan beruntunglah orang-orang yang beriman. Karena dia selalu yakin dan selalu siap untuk menunggu kesempatan itu datang. Dan dia sangat yakin bahwa pertolongan Allah itu sudah dekat…

Jodoh itu rahasia Allah

Jodoh itu rahasia Allah,sekuat mana kita setia, sehebat mana kita selalu merancang, selama mana kita menunggu, sekeras apapun kita bersabar, sejujur bagaimana kita selalu menerimanya, jika Allah telah menentukn bahwa kita bukan dengan dirinya, kita tidak akan pernh bisa akan bersamanya, dan jika Allah telah menentukan bahwa kita denganya, kita akan pasti bersamanya, karna tulang rusuk dan pemiliknya takkan pernah tertukar dan pasti akan bertemu pada saat yang tepat.

Wanita Shalihah Namun Tak Masuk Surga

Pada hari ini saya hanya ingin memberikan sebuah cerita inspirasi untuk para wanita, yaitu tentang "Kisah wanita ta’at beribadah namun tak bisa masuk surga karena ‘menyepelekan’ hal ini"

Al-Kisah diceritakan, ada seorang wanita yang dikenal taat dalam beribadah. Dia sangat rajin melakukan ibadah wajib maupun sunnah. Hanya ada satu kekurangannya, ia tak mau berjilbab menutupi auratnya.

Setiap kali ditanya ia hanya tersenyum, seraya menjawab: “Insya Allah yang penting hati dulu yang berjilbab.” Sudah banyak orang yang menanyakan maupun menasihatinya. Tapi jawabannya tetap sama.

Hingga suatu malam ia bermimpi sedang berada disebuah taman yang indah. Rumputnya sangat hijau. Berbagai macam bunga bermekaran. Ia bahkan bisa merasakan bagaimana segarnya udara dan wanginya bunga. Sebuah sungai yang sangat jernih.
Airnya kelihatan melintas di pinggir taman. Semilir angin pun ia rasakan di sela-sela jarinya. Ada beberapa wanita di situ yang terlintas juga menikmati pemandangan keindahan taman.

Ia pun menghampiri salah satu wanita tersebut. Wajahnya sangat bersih, seakan-akan memancarkan cahaya yang sangat lembut. “Assalamu’alaikum saudariku…” “Wa’alaikum salam…, selamat datang wahai saudariku…” “Terimakasih, apakah ini syurga?” Wanita itu tersenyum. “Tentu saja bukan wahai saudariku. Ini hanyalah tempat menunggu sebelum surga.”
“Benarkah? Tak bisa kubayangkan seperti apa indahnya surga jika tempat menunggunya saja sudah seindah ini…”
Wanita itu tersenyum lagi kemudian bertanya, “Amalan apa yang bisa membuatmu kembali wahai sudariku?”
“Aku selalu menjaga shalat, dan aku menambah dengan ibadah-ibadah sunnah. Alhamdulillah.”
Tiba-tiba jauh diujung taman ia melihat sebuah pintu yang sangat indah. Pintu itu terbuka, dan ia melihat beberapa wanita yang di taman tadi mulai memasukinya satu per satu.
“Ayo, kita ikuti mereka!” Kata wanita itu sambil setengah berlari.
“Apa di balik pintu itu?” “Tentu saja surga wahai saudariku…”
Larinya semakin cepat.
“Tunggu… tunggu aku…” Ia berlari sekancang-kencangnya, namun tetap tertinggal. Wanita itu hanya setengah berlari sambil tersenyum padanya. Namun ia tetap saja tak mampu mengejarnya meski ia sudah berlari sekuat tenaga.
Ia lalu berteriak, “Amalan apa yang engkau lakukan sehingga engkau tampak begitu ringan?”
“Sama denganmu wahai saudariku…” Jawab wanita itu sambil tersenyum.

Wanita itu telah mencapai pintu. Sebelah kakinya telah melewati pintu. Sebelum wanita itu melewati pintu sepenuhnya, ia berteriak pada wanita itu, “Amalan apalagi yang engkau lakukan yang tidak aku lakukan?”
Wanita itu menatapnya dan tersenyum lalu berkata, “Apakah engkau tidak memperhatikan dirimu apa yang membedakan dengan diriku?”

Ia sudah kehabisan nafas, tak mampu lagi menjawab, “Apakah engkau mengira bahwa Rabbmu akan mengizinkanmu masuk ke surga-Nya tanpa jilbab penutup aurat?” Kata wanita itu.
Tubuh wanita itu telah melewati, tapi tiba-tiba kepalanya mengintip keluar memandangnya dan berkata, “Sungguh disayangkan, amalanmu tak mampu membuatmu mengikutiku memasuki surga ini. Cukuplah surga hanya sampai di hatimu karena niatmu adalah menghijabi hati.”

Ia tertegun… lalu terbangun… beristighfar lalu mengambil wudhu. Ia tunaikan shalat Malam, menangis dan menyesali perkataannya dahulu.
Dan sekarang ia berjanji sejak saat ini ia akan MENUTUP AURATNYA.
Allah Subhanahu wa Ta'ala Berfirman :
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin, ‘hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal karena mereka tidak diganggu. Dan ALLAH adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al- Ahzab: 59)

Berjilbab adalah perintah langsung dari ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala, lewat utusan-Nya yakni baginda Nabi Besar Muhammad Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam.
Yang namanya perintah dari ALLAH adalah wajib bagi seorang hamba untuk mematuhi-Nya. Dan apabila dilanggar, ini jelas ia telah berdosa.
Semoga cerita di atas mengilhami bagi wanita yang belum berhijab. Karna berhijab bukan sekedar menjadi identitas seorang musimah saja tapi ini adalah kewajiban yang harus di kerjakan.
Semoga bermanfaat buat semua.

Jodohku!!

Jodohku, siapa namamu? Ah, aku selalu menerka-nerka, gelisah tentang sosok yang akan menemani separuh hidupku. Padahal bisa jadi, kamu adalah orang yang sudah kukenal sangat lama. Padahal bisa jadi, kita selalu bertemu setiap hari. Padahal bisa jadi, kita belum kenal tapi pernah berpapasan. Padahal bisa jadi, kamu adalah teman dunia mayaku.
.
Jodohku, siapa namamu? Aku mencarimu tiap hari; meski hanya lewat butiran doa. O iya, apakah doa kita sama, ingin dipertemukan dengan yang shalih? Semoga sama ya. Dan kalau aku tidak shalih, kuharap kamu adalah cahaya yang Allah kirim untuk membimbingku. Aku selalu percaya, tak ada doa yang tak didengar oleh Allah. Kamu juga percaya, kan?
.
Jodohku, siapa namamu? Ah, aku harusnya sadar, menanti jodoh ibarat menanti kematian. Harusnya tidak digelisahkan, tapi dipersiapkan. Kamu sedang mempersiapkan?
.
Jodohku, siapa namamu? Apa memang kita belum kenal, atau memang sudah kenal tapi tak tahu, bahwa nama kita sudah bersanding di Lauh Mahfuzh. Aku punya firasat, kamu adalah pembaca tulisanku; atau mungkin bisa pula, aku adalah pembaca tulisanmu.
.
Jodohku, siapa namamu? Aku harap aku dan kamu berjalan di jalan yang sama, jalan yang Allah ridhoi. Insya Allah, jika jalan kita sama, kita pasti segera bertemu dititik yang sama pula. Aamiin.

Cemburu pada Rezeki Orang


Tak perlulah cemburu pada rezeki orang karena rezeki kita masing-masing sudah dibagi dengan begitu adilnya oleh Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. ”
(QS. Az-Zukhruf: 32)
Allah membagi rezeki itu begitu adil. Kenapa kita mesti cemburu pada rezeki orang lain?
Imam Ghazali rahimahullah menyebutkan fawaid dari nasihat Hatim Al-Asham:
Aku melihat manusia saling mencela dan saling membicarakan jelek (ghibah) satu dan lainnya. Aku dapati bahwa itu termasuk HASAD (cemburu atau iri) dalam harta, kedudukan dan pengetahuan.
Aku kemudian renungkan firman Allah Ta’ala (yang artinya),
“Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia.” (QS. Az-Zukhruf: 32)
Aku sadari bahwa pembagian tersebut sudah ditentukan oleh Allah sejak takdir yang dahulu ada.
Kenapa aku mesti HASAD (cemburu) pada rezeki orang lain?
Itulah yang membuatku tetap ridha pada pembagian Allah.
Semoga renungan ini bisa menjadi pengingat buat kita semua.

Kedustaan dalam pacaran


Jika tidak percaya, tanyakan pada yang menjalani pacaran, yang ada hanyalah kedustaan.
Ketika masa-masa pacaran, si kekasih akan selalu berdandan cantik di hadapan pacarnya, berkata lemah lembut, bersenyum manis dan belang jeleknya ditutup-tutupi. Yang pacaran akan merasa tidak pede jika nampak sesuatu yang jelek dari dirinya. Kalau dikatakan pacaran sebagai jalan untuk mengenal pasangan sebelum nikah, kenyataanya penjajakan tersebut jauh berbeda dengan saat telah menikah. Saat telah menikah, satu sama lain tidak mesti berpenampilan cantik atau ganteng saat di rumah. Tidak mesti pula terus-terusan bertemu dalam keadaan harum atau wangi. Bahkan dalam pernikahan ada pasangan yang berkata kasar yang hal ini tidak dijumpai saat pacaran dahulu.
Padahal Islam sudah memberi jalan bahwa mengenali pasangan bisa dari empat hal: (1) kecantikan, (2) martabat (keturunan), (3) kekayaan atau (4) baik atau tidak agamanya. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺗُﻨْﻜَﺢُ ﺍﻟْﻤَﺮْﺃَﺓُ ﻷَﺭْﺑَﻊٍ ﻟِﻤَﺎﻟِﻬَﺎ ﻭَﻟِﺤَﺴَﺒِﻬَﺎ ﻭَﺟَﻤَﺎﻟِﻬَﺎ ﻭَﻟِﺪِﻳﻨِﻬَﺎ ، ﻓَﺎﻇْﻔَﺮْ ﺑِﺬَﺍﺕِ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ﺗَﺮِﺑَﺖْ ﻳَﺪَﺍﻙَ
“ Perempuan itu dinikahi karena empat faktor yaitu agama, martabat, harta dan kecantikannya. Pilihlah perempuan yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan menjadi orang yang merugi”. (HR. Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1446).
Mengenal calon pasangan sudah cukup lewat empat hal tersebut. Keempat hal tadi bisa diketahui dari keluarga dekat atau dari teman dekat si pasangan. Jadi, tidak mesti lewat lisan si pasangan secara langsung.
Jika sudah ada cara yang Islam gariskan, masihkah mencari cara lain untuk mengenal pasangan? Lantas apa mesti mengenal calon pasangan lewat pacaran?
Ketahuilah bahwa nikah adalah tanda ingin serius, sedangkan pacaran hanya ingin terus dipermainkan. Jangan heran jika ada yang sudah pacaran bertahun-tahun, namun pernikahan mereka tidak sampai setahun jadi bubar.
Coba lihat saja para sahabat Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam- , tidak pernah menempuh jalan pacaran ketika mencari pasangan. Sekali ta’aruf, merasa cocok, sudah langsung menuju pelaminan. Tidak seperti para pemuda saat ini yang menjalani pacaran hingga 10 tahun untuk bisa saling mengenal lebih dalam. Padahal para sahabat adalah sebaik-baik generasi sepeninggal Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang mesti dicontoh. Lihat saja apa yang terjadi ketika Fathimah dinikahi ‘Ali bin Abi Tholib atau Ruqoyyah yang dinikahi sahabat mulia ‘Utsman bin ‘Affan, mereka tidak melewati proses penjajakan pacaran.
Imam Ahmad berkata dalam
Ushulus Sunnah , “ Hendaklah kita berpegang teguh dengan ajaran para sahabat -radhiyallahu ‘anhum- serta mengikuti ajaran mereka.”
Lihat pula si mbah kita dahulu. Mereka juga tidak mengenali calon pasangan mereka dengan pacaran. Akan tetapi, keluarga mereka tetap langgeng dan punya banyak keturunan.
So … Apa gunanya pacaran? Jika Anda ingin dikelabui terus-terusan, maka monggo itu pilihan Anda dan akhirnya Anda yang tanggung sendiri akibatnya.
Semoga Allah beri taufik dan hidayah.

Generasi Instant

Perkembangan iptek memudahkan manusia menjalani hidupnya dengan praktis. Seperti dalam proses mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan dalam dunia akademik atau kampus. Membuat makalah dengan copy paste secara utuh, mengutip pendapat orang tanpa disebut sumbernya dan memanipulasi penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan. Akhirnya, perguruan tinggi sebagai tempat melahirkan generasi instant bukan akademisi yang memahami proses ketika mendapatkan ilmu pengetahuan. Bukan berarti semua perguruan tinggi seperti itu, hanya sebagian.

Populer ?

"Populer untuk apa?".
Tidak ada manusia yang tidak ingin populer. Dikenal orang banyak hingga mempunyai pengikut yang banyak. Popularitas diinginkan semua orang dengan tujuan yang beraneka ragam. Ada yang karena menyebar luaskan dan memperdalam ilmu pengetahuan dengan diskusi, kekayaan, kedudukan dan sekadar dikenal orang banyak. Minoritas selalu kalah dengan mayoritas. Yang banyak selalu menang dengan yang sedikit. Begitiulah hukum alam yang terjadi.
Tapi bagaimana minoritas bisa menang melawan mayoritas ada dalam tulisan saya dengan judul yang lain. Fonemena yang ada di kalangan anak muda, sosial media dalan dunia mayya dan yang seumpamanya digunakan sebagai wadah atau sarana agar dikenal orang banyak tanpa dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Bermanfaat bagi diri sendiri sebagai sarana memperbaiki diri. Kualitas diri memepengaruhi bagaimana manusia menjalani kehidupannya.
Segala problematika kehidupan mengajarkan manusia agar menjadi pribadi yang berkualitas. Berbagai cara atau sikap manusia menghadapinya, ada yang berhasil dan ada yang gagal. Kebanyakan sebagaian anak muda memaksakan diri mendapatkan jodoh seperti yang ada dalam benaknya tanpa menyadari jodoh adalah cerminan diri sendiri. Akibatnya apa?. Sebagian dari mereka lupa dengan tugasnya sebagai generasi muda dan harapan bangsa. Terjebak dalam persaingan material agar diakui orang banyak kebenarannya.

Cinta Islami

Cinta menurut islam adalah kecondongan hati terhadap sesuatu. Ketika seseorang telah jatuh cinta kepada orang lain, maka ia akan berbuat apa saja yang disukai oleh orang yang ia cintai dan pantang untuk melakukan perbuatan yang ia murkai. jika tidak demikian maka akan dipertanyakan kecintaanya tersebut.
Oleh karena itu kita diperintahkan untuk cinta kepada Allah. Dengan kita cinta kepadaNya dan melakukan konsekuensi dari cinta tersebut, maka kita akan selamat dunia dan akherat, itulah hakekat cinta sejati dalam islam. Cinta yang benar-benar sejati , cinta yang berujung kepada kebahagiaan yang abadi.

Cintailah orang yang anda cinta, tapi jangan pernah lupakan Tuhan dan orangtuamu
Cintailah orang yang anda cinta,
Agar semakin besar cintamu padanya semakin dekat pula kau pada Tuhanmu,
semakin dekat pula kau pada orangtuamu.
Cinta yang sejati mengajarimu kebaikan, bukan melulu pada kebahagiaan sesaat
Cinta yang sejati menunjukanmu jalan Syurga
Bukan tega menjebloskanmu kedalam siksa neraka...

Jodoh Ditangan Allah


Sebesar apapun cinta kita pada seseorang, jika tidak ditakdirkan berjodoh, maka semua hanya akan sia-sia saja . .
Jika Allah tidak mengabulkan permintaan kita untuk bersanding dengan dia yang kita cintai, maka janganlah kita menggerutu apalagi sampai bersu'udzon pada Allah.
Tetaplah berhusnudzon pada Allah dan yakinlah bahwa Allah akan memberikan ganti yang jauh lebih baik dari dia, Karena Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hambanya.
Kita boleh mencintai seseorang, namun jangan terlalu berlebihan, karena yang patut untuk kita cinta hanyalah Allah saja. Allah tak akan pernah meninggalkan kita, walau dalam keadaan apapun.
Serahkan semuanya pada-Nya, dan hanya pada-Nyalah kita memohon yang terbaik untuk jodoh kita. Karena sejatinya "Jodoh di tangan Tuhan"
lebih baik memiliki 1 artikel berkualitas hasil karya kita sendiri daripada memiliki 100 artikel hasil copas dan tidak berkualitas sama sekali.

Jumlah Kunjungan

foto foto


" />




 
Blogger Templates